Ketoprak Bangun Budaya  “Serial Syeh Jangkung -
Saridin Andum Waris”
Saridin Andum Waris”
 Dikisahkan, Saridin adalah seorang  yang hidup serbakurang secara ekonomi. Ia harus menghidupi istrinya dan  anaknya.
Dikisahkan, Saridin adalah seorang  yang hidup serbakurang secara ekonomi. Ia harus menghidupi istrinya dan  anaknya.Saridin tak punya tempat mengadu,  kecuali kepada saudara satu-satunya, Nyi Branjung. Namun suami Nyi  Branjung teramat kikir.
Saridin ingat, almarhum kedua orang  tuanya mewariskan beberapa pohon durian. Kebetulan pohon itu sedang  berbuah. Karena itu, kepada sang kakak dan iparnya, dia menyatakan minta  bagian. Ki Branjung tak menolak, namun dengan ketentuan, jika jatuh  pada siang hari, durian menjadi miliknya. Sebaliknya jika jatuh pada  malam hari, buah itu menjadi hak Saridin.
Terang saja, durian lebih sering jatuh  pada malam hari. Namun Ki Branjung tak kurang akal. Dengan dibalut  pakaian layaknya macan, dia menakut-nakuti Saridin.
Saridin tak tinggal diam. Sebuah bambu  runcing ia hujamkan ke tubuh “harimau” itu hingga “binatang” itu tewas.
Tentu saja orang-orang dan aparat desa  segera meringkus laki-laki itu dengan satu tuduhan: Saridin membunuh  kakak iparnya. Itu pula tuduhan yang diberikan oleh pengadilan Kadipaten  Pati yang dipimpin Adipati Jayakusuma. Namun Saridin menampiknya. “Menapa  kula sampun edan kok mateni kakang kula piyambak. Ingkang kula pejahi  menika macan (Apakah saya sudah gila kok sampai hati membunuh kakak  saya. Yang saya bunuh ini harimau),” katanya.
Saridin juga menolak ketika akan  dipenjara. “Kula boten lepat kok diukum (Saya tidak salah kok  dihukum),” katanya.
Sang Adipati tak kurang akal. Dia  berkata, Saridin tidak dihukum, tapi diberi ganjaran. Saridin disuruh  tinggal di sebuah rumah gedhong, dijaga oleh beberapa prajurit,  dan bila waktunya makan sudah ada yang mengantarkan makanan. Begitu  pula jika hendak mandi.
“Menawi kula kangen anak-bojo,  menapa pareng mantuk? (Jika saya kangen ana-istri, apakah boleh  pulang?)” tanya Saridin.
“Kena, waton bisa (Boleh,  asalkan bisa),” titah sang Adipati.
Kata-kata Adipati rupanya menjadi  pegangan Saridin. Dia menjenguk anak-istrinya tanpa diketahui penjaga  penjara.
Tentu saja hal itu membuat penguasa  Kadipaten Pati murka. Dia memutuskan hukuman gantung buat Saridin. “Menapa  kula kepareng tumut narik talinipun, Kanjeng Adipati? (Apakah saya  boleh membantu menarik talinya, Kanjeng Adipati?)” tanya Saridin.
Lagi-lagi sang Adipati berujar, “Kena,  waton bisa (Boleh, asalkan bisa).”
Lagi-lagi pula Saridin membuat pangeram-eram.  Dia membantu para prajurit menarik tali gantungan yang mengikat  lehernya. Sang Adipati kian murka dan memerintahkan melemparkan segala  senjata ke tubuh Saridin. Lelaki asal Desa Miyono itu pun lari, hingga  sampai di Paguron Panti Kudus.
Link Undhuh MP3 Ketoprak Bangun  Budaya “Saridin Andum  Waris“
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar