Blog number one in desa

Niki Salah Sawijining BLOG kang Di nduweni cah ndeso,sing bocahe wonten sekolah teng" MA.BUSTANUL ULUM"

Jumat, 29 Oktober 2010

Matematika dan Al Quran

Matematika dan Al Quran (Chapter 1)

Al Quran, Mahakarya yang paling sempurna dengan segala keajaibannya turun ke Bumi ribuan tahun lalu.

Bacaan Al Quran menggema di sebuah masjid kecil Mess Bida Sekupang Batam, dilantunkan oleh 8 sampai 10 remaja dibawah bimbingan hafidz memulai bacaannya dengan Bismillah. Surat Al Fatihah selesai dibaca, sebagai pembuka tadarus malam ke 17 Ramadhan 2010. QS al-Fatihah, diucapkan minimal 17 kali dalam sehari oleh seorang muslim dalam tiap raka’at shalatnya. Ditambah pada setiap akhir doa dalam 5 waktu shalat wajibnya. Setidaknya, setiap muslim dan muslimah mendapat syafa’at 22 kali dalam sehari saat melantunkan QS al-Fatihah. 22 tahun pula Alquran lebih kurang turun ke Bumi kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Matematika awam, akan dengan mudah menyamakan 22 syafa’at minimal dari bacaan al-Fatihah, dengan 22 tahun masa turunnya Al Quran. Tapi Alquran tidak hanya sesederhana itu, Alquran punya Matematika Ilmiah, yang tidak terbantah.

Allah menciptakan Alam dengan sangat teliti, dalam QS Jin ayat 28 dijelaskan; "Tuhan menciptakan sesuatu dengan hitungan teliti”, juga pada QS Maryam ayat 93-94; “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”. Sementara itu ilmuan Galileo dalam salah satu ungkapannya menyatakan, “Matematika adalah bahasa Tuhan ketika Dia menulis Alam Semesta”.

Ayat dan Pernyataan itu, membuat saya ingin mencari tahu lebih dalam tentang Matematika dalam Al Quran. Karena dalam QS az-Zumar ayat 9 dijelaskan; “....Adakah sama orang-orang yang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran”. Galileo banyak memberikan inspirasi saya ketika membaca buku Angel and Demons karangan Dan Brown.

Dalam pandangan al-Qur'an, tidak ada peristiwa yang ter¬jadi secara kebetulan. Semua terjadi dengan "hitungan", baik dengan hukum-hukum alam yang telah dikenal manusia maupun yang belum. Prof. Palmer, seorang ahli kela¬utan di Amerika Serikat mengatakan "Ilmuwan sebenarnya hanya menegaskan apa yang telah tertulis didalam al-Qur'an beberapa tahun yang lalu"

Kita tidak akan bisa memahami keindahan Alquran, jika tidak mengetahui ilmunya. Contohnya, pada QS an-Nahl ayat 68-69 yang menceritakan kegiatan lebah dalam membuat sarang dan mencari makan. Ayat tersebut menggunakan bentuk kata kerja perempuan (bahasa arab membedakan jenis kelamin untuk kata kerjanya), ka¬rena memang yang mencari makan dan membuat sarang adalah lebah betina. Lebah jantan diberi makan oleh lebah betina, bukan sebaliknya. Jangankan masyarakat di abad ke-7, masyarakat di abad ke-21 aja gak tau bagaimana cara mem¬bedakan lebah jantan dan lebah betina. Terlebih, memahami bahwa lebah betina lah yang mencari makan, bukan sebaliknya.

Jika Surat an-Nahl merefleksikan lebah betina dengan bentuk kata kerja perempuan. Lebah jantan digambarkan oleh al-Qur'an pada nomor suratnya, yaitu bilangan 16. Bilangan 16 ini adalah banyaknya kromosom lebah jantan, sedangkan jumlah kro¬mosom lebah betina diketahui berjumlah 32. Menarik bukan? Matematika dalam Alquran bukanlah sebuah kebetulan.

Sebagai Permulaan kajian Matematika dalam Alquran, sangat mulia jika kita memulainya dengan Basmallah. kita harus ingat, ini bukan hanya sekedar bacaan, ini adalah kalimat Allah, kalimat yang sangat abadi dan mungkin paling sering diucapkan oleh umat manusia. Mari kita bahas Basmallah dari satu sudut pandang sederhana, namun hasilnya luar biasa.. hhe

Bismillahi ar rahman ar rahim.....

Bismillah terdiri dari 4 kata dalam bahasa arab, yaitu:
1. Bismi (dengan nama),
2. Allah (Allah)
3. Ar Rahman (maha pengasih) dan
4. Ar Rahim (maha penyayang).

Dan terdiri dari 19 huruf Hijaiyah.

Kalimat Basmallah dalam Alquran disebutkan sebanyak 114 kali, sesuai dengan jumlah surat pada Alquran. Untuk diketahui, 114 = 19 x 6. (19 adalah jumlah huruf pada kalimat Basmallah)
Tiap surat dibuka dengan kalimat Basmallah, kecuali QS at-Taubah (surat ke 9), yang tidak dibuka dengan Basmallah, tapi dalam QS an-Naml (surat ke 27), Basmallah disebutkan 2 kali, yaitu pada ayat 30 yang bunyinya: “Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "....Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

QS at-Taubah adalah QS nomor 9 dan an-Naml adalah QS nomor 27, yang keduanya punya selisih 19 surat. Bila tiap angka bulat dari 9 sampai 27 dijumlahkan, maka akan menghasilkan angka 342, atau setara dengan 19 x 18. Angka 342 itu pun jika dijumlahkan akan menghasilkan angka 9 (nomor surat at Taubah).

9+10+11+12+13+14+15+16.....+26+27 = 342
342 = 19 x 18
3 + 4 + 2 = 9
9 adalah nomor QS at-Taubah.

Bismillah sebagai kalimat pembuka, hanya ada pada 113 ayat, dimana angka 113 adalah bilangan prima ke 30 (30 adalah ayat surat an-Naml yang mengandung kata Basmallah)

Menarik mempelajari matematika pada teknologi informasi, tapi kita tidak pernah menyangka matematika telah Allah terapkan pada kitab suci AlQuran, pada QS Jin ayat 28, dijelaskan ”Supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah2 Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu”. Allah adalah sumber Matematika. Ini mematahkan teori konspirasi di Vatikan, yang menyatakan bahwa agama sangat bertentangan dengan Ilmu Pengetahuan (dimana matematika adalah bahasa universal dari Ilmu Pengetahuan).

AI-Qur'an dalam bahasa Arab berarti "pembacaan". al-Quran mungkin kitab yang paling banyak dibaca di dunia. Per¬lu diketahui, sesungguhnya kata Kitab Suci tidak ada di al-Qur'an. Yang ada adalah sebutan Kitab Mulia, Kitab Agung, Kitab Pemurah, dan lainnya. Kitab Suci dikenal karena media, terpengaruh sebutan kitab suci lainnya. Kesempurnaan dalam bahasa tidak dapat ditentang oleh para pujangga. Bahasa dan makna dipadukan. Irama, keselarasan melodi, ritmenya menghasilkan sebuah efek hipnotis yang kuat

Mungkin bagi orang awam, kandungan al-Quran sulit dimengerti, karena ia tidak dimulai secara kronologis ataupun narasi-narasi sejarah seperti halnya kitab Yahudi. Ia juga tidak mendasarkan teologinya dalam cerita-cerita dramatis sebagaimana epik-epik India. Tidak pula Tuhan diungkap dalam bentuk manusia sebagai¬mana dalam Bibel. Ia berbicara langsung soal pendidikan-sebagaimana sering dikemukakan oleh para penulis modern-berbicara mengenai membaca, mengajar, memahami dan menulis (QS. Al Alaq ayat 1-5, ayat yang pertama sampai ke Rasul)

Kata pertama di dalam al-Qur’an dan Islam adalah sebuah perintah yang ditujukan kepada Nabi, ”Iqra..” yang secara linguistik menunjukkan bahwa penyusunan teks al-Qur'an berada di luar kewenangan nabi Muhammad saw. Gaya serupa ini tetap diperta¬hankan di sepanjang al-Qur'an. Ia berbicara kepada atau ten¬tang Nabi dan tidak mengizinkan Nabi berbicara atas kehen¬daknya sendiri. Al-Qur'an menggambarkan dirinya sendiri sebagai sebuah kitab yang "diturunkan" Tuhan kepada Nabi; ungkapan kata "diturunkan" atau anzalna dalam berbagai bentuk digunakan lebih dari 200 kali. Secara intrinsik, ini berarti bahwa konsep dan isi al-Qur'an benar-benar diturunkan dari langit.

Matematika menjadi inspirasi serial “Numbers”, demikian juga pada Alquran, sangat banyak Matematika yang dapat kita teliti. See you in the next Math... 

Matematika dan Al Quran (Chapter 2)

Isi kultum Tarawih malam ini mungkin sama dengan kultum di mesjid-mesjid lainnya, tentang Puasa di Bulan Ramadhan. Cerita dari khatib tidak lebih dari buku-buku yang sudah saya pelajari sejak kelas 4 Sekolah Dasar. Mungkin ini sebabnya Muslim masa kini tidak punya pengetahuan mendalam tentang agamanya, karena yang bertugas menyiarkan Islam, yaitu Ulama dan Mubaligh hanya punya pengetahuan setingkat anak SD. Tidak semua, tapi rata-rata bisa kita simpulkan dari isi kultum, ceramah dan khutbah. Yang disampaikan hanya mengulang-ngulang isi buku saja, tanpa bisa memberikan bukti kuat, apa itu Islam dan kenapa kita harus percaya Islam? Ulama jaman sekarang hanya bisa mengulang-ulang janji Allah, memberikan ketakutan kepada manusia tentang neraka dan bagaimana indahnya surga, dan menyuruh manusia untuk bertaqwa.. hanya itu. Akhirnya muslim hanya bisa menjadi manusia tukang sujud, tukang ruku’ dan tukang penadah tangan mengharap rejeki Allah sampai di tangan, bahkan menyuruh-nyuruh Allah dengan kalimat: “berikanlah..., mudahkanlah...., tuntunlah...,“ tanpa kita menyadari, siapa kita? Islam tidak hanya mengajarkan kita meminta, tapi lebih dari itu..

Cukup keluhannya... huft....Kita akan bercerita bagaimana Al Quran pertama kali sampai ke bumi

Pada awal Islam, bangsa Arab adalah bangsa yang buta huruf, hanya sedikit yang pandai menulis dan membaca. Bahkan beberapa di antaranya merasa aib bila diketahui pandai menulis. Karena, orang yang terpandang pada saat itu adalah orang yang sanggup menghafal, bersyair, dan berpidato. Waktu itu belum ada "kitab". Kalaupun ada hanyalah sepotong batu yang licin dan tipis, kulit binatang, atau pelepah korma yang ditulis. Termasuk kutub, jamak kitab, yang dikirim oleh Nabi kepada raja-raja di sekitar Arab, sebagai seruan untuk masuk Islam.

Setiap kali turun ayat, Nabi menginstruksikan kepada para sahabat untuk menghafalnya dan menuliskannya di atas batu, kulit binatang dan pelepah korma. Hanya ayat-ayat al-Qur'an yang boleh ditulis. Selain ayat-ayat al-Qur' an, bahkan termasuk Hadist dan ajaran-ajaran Nabi yang didengar oleh para sahabat, di larang untuk dituliskan, agar antara isi al-Qur'an dengan yang lainnya tidak tercampur.

Setiap tahun, malaikat Jibril, utusan Tuhan mengulang (repetisi) membaca ayat-ayat al-Qur'an yang telah diturunkan sebelumnya di hadapan Nabi. Pada tahun Muhammad SAW wafat, yaitu tahun 632 M, ayat-ayat al-Qur'an dibacakan dua kali dalam setahun. Ini menarik sekali, karena seolah-olah akhir tugas dan kehidupan Nabi di dunia ini telah diantisipasi akan selesai.

Pada masa khalifah pertama, Abu Bakar RA, banyak terjadi peperangan melawan orang-orang yang murtad dan para nabi palsu. Di antara mereka yang gugur dalam peperangan banyak penghafal ayat-ayat al-Qur'an. Umar bin Khaththab mengu¬sulkan untuk mengumpulkan para penghafal al-Qur'an, disu¬ruh membacakan al-Qur’an, menjadikan satu, meneliti dan menulis ulang. Kumpulan itu yang ditulis oleh Zaid bin Tsabit, mushaf, berupa lembaran-lembaran yang diikat menjadi satu, disusun berdasarkan urutan ayat dan surat seperti yang telah ditetapkan oleh Nabi sebelum wafat. Sedangkan pada masa Utsman bin Affan, tentara Muslim telah sampai ke Armenia, Azerbaijan di sebelah Timur dan Tripoli di sebelah barat. Kaum Muslim terpencar di seluruh pelosok negeri, ada yang tinggal di Mesir, Syria, Irak, Persia dan Afrika. Naskah beredar di mana¬-mana, tetapi urutan surat dan cara membacanya beragam, se¬suai dialek di mana mereka tinggal. Hal ini menjadikan perti¬kaian antar kaum Muslim sehingga menjadikan kekhawatiran pemerintahan Utsman. Maka kemudian Utsman membentuk panitia untuk membukukan ayat-ayat al-Qur'an dengan me¬rujuk pada dialek suku Quraisy, sebab ayat al-Qur'an diturun¬kan dengan dialek mereka, sesuai dengan suku Muhammad saw. Buku tersebut diberi nama al-Mushaf, ditulis lima kopi dan dikirimkan ke empat tempat: Mekkah, Syria, Bashrah, dan Ku¬fah. Satu kopi disimpan di Madinah sebagai arsip dan disebut Mushaf al-Imam.

Walaupun telah disatukan dan diseragamkan, namun tetap cukup banyak al-Qur'an di Afrika dengan dialek berbeda, ter¬masuk jumlah ayat yang "berbeda" karena perbedaan mem¬baca dalam pergantian nafas (6.666 ayat), tetapi isinya tetap sama. Awalnya, pada zaman Nabi, al-Qur'an memakai dialek Quraisy, tetapi kemudian berkembang menjadi tujuh dialek non-Quraisy. Pada mulanya, ini dimaksudkan agar suku-suku lain lebih mengerti. Ada juga aliran tersendiri (kelompok kecill, pimpinan Dr. Rashad Khalifa, kelahiran Mesir, seorang ahli biokimia dan matematika, yang mempromosikan jumlah ayat 6.234, berbeda 2 ayat dengan naskah Ustman, 6.236 ayat. Sedangkan mayoritas Muslim, baik Sunni maupun Syi’ah (tanpa maksud saya membedakannya) tetap berpegang teguh pada naskah awal yang dikumpulkan semasa Khalifah Ustman, yaitu dialek Quraisy, hingga kini.

Perbedaan kecil ini, menjadi sasaran kritik para Orientalis, bahwa al-Qur’ an tidak asli lagi, karena telah ada campur tangan manusia dalam transmisinya. Walaupun demikian, sebagian di antara mereka, seperti Gibb, Kenneth Cragg, John Burton, dan Schwally dalam bukunya Mohammedanism, The Collection of the Qur’an , The Mind of the Qu'ran, dan Geschichte des Qorans, mengakui bahwa "sejauh pengetahuan kita, kita bisa yakin bahwa teks wahyu telah di¬transmisikan sebagaimana apa yang telah diberikan kepada Nabi". (sumber: wikipedia)

Gak banyak ulama tau akan hal ini. 

Oke, kita akan masuk hitung-hitungan sederhana pada al-Quran kembali, tapi saya tetap yakin matematik berikut ini bukan sebuah kebetulan semata. Ada 2 contoh kecil dan angka 7 dan 34. Gimana tuh hitungannya?
Salah satu karunia yang Allah ceritakan adalah penggunaan kata "sab'u (tujuh)" berkaitan dengan kata "samawat (langit)", sebelumnya atau sesudahnya. Kata tersebut dalam AI-Quran disebutkan sebanyak 7 kali. Begitu juga hari dalam seminggu berjumlah 7 hari, dan langit pun berjumlah 7. Berikut ini adalah ayat-ayat mengenainya:

1. ...Dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit...(QS al-Baqarah: 29)
2. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah... (QS al-Isra: 44)
3. Katakanlah: "Siapakah yang memiliki tujuh langit dan 'arasy yang besar" (QS al-Mu'minun: 84)
4. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya ..... (QS Fushshilat: 12)
5. Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi ..... (QS aI-Thalaq: 12)
6. Yang telah menjadikan tujuh langit berlapis-lapias. (QS aI-Mulk: 3)
7. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? (QS Nuh: 15)

Menarik Allah menceritakan tujuh langit pada tujuh ayat. Semakin membuka mata... , oke kita bahas lagi ajaibnya Kitab Maha Tinggi ini;

Pada Al-Quran, akan kita temukan bahwa kata sujud yang dilakukan oleh mereka yang berakal disebutkan sebanyak 34 kali. Jumlah tersebut sama dengan jumlah sujud dalam shalat sehari-¬hari yang dilakukan pada lima waktu sebanyak 17 rakaat. Pada setiap rakaat dilakukan dua kali sujud sehingga jumlahnya menjadi 34 kali sujud sebagaimana terdapat pada ayat-ayat berikut:

1. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: 'Sujud-lah kamu kepada Adam' .... (2:34).
2. ....kemudian Kami katakan kepada para Malaikat; "Ber¬sujud-lah kamu kepada Adam!" .... (Al-Araf: 11)
3. Dan ingatlah ketika Kami katakan kepada Malaikat: "Ber¬sujud-lah kamu kepada Adam!" ...(AI-Isra: 61)
4. Dan (ingatlah) ketika kami katakan kepada para Malaikat: "Ber-sujud-lah kamu kepada Adam!"(Al-Kahfi: 50)
5. Dan (ingatlah) ketika Kami katakan kepada para malaikat: "Ber-sujud-lah kamu kepada Adam!" ...(Thaha: 116)
6. Wahai orang-orang yang beriman, ruku' dan ber-sujud-lah kamu serta beribadahlah kamu kepada Tuhanmu . . . (AI-Hajj : 77 )
7. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujud-lah kamu sekalian kepada Yang Mahapenyayang." Mereka menjawab: "Siapakah Yang Maha Penyayang itu?" . . . (Al-Furqan: 60)
8. Janganlah kalian ber-sujud kepada matahari maupun bu¬lan, dan ber-sujud-lah kamu semua kepada Allah, Zat Yang telah menciptakan keduanya (matahari dan bulan) .... (Fushshilat: 47)
9. Maka ber-sujud-lah kalian kepada Allah dan beribadahlah kalian (kepada-Nya). (Al-Najm: 62)
10. Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama-sama orang yang ruku'. (Ali Imran: 43)
11. Maka sujud-lah para Malaikat itu semuanya bersama-sama. (Al-Hijr: 30)
12. 12. Maka ber-sujud-lah para Malaikat itu semuanya bersama¬sama. (Shad: 73)
13. .... Maka semua para Malaikat itu ber- sujud, kecuali Iblis; ia enggan ... (Al-Baqarah: 24)
14. .... Kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan satu rakaat) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh). (An-Nisa: 102)
15. .... Lalu Kami katakan kepada malaikat: "Ber-sujud-lah kamu kepada Adam!", maka mereka ber-sujud, kecuali iblis .... (Al-A'raf: 11).
16. .... Maka mereka ber- sujud, kecuali iblis ....(Al-Isra: 61)
17. .... Maka mereka ber-sujud, kecuali Iblis. Dan dia adalah dari golongan jin .... (AI-Kahfi: 61).
18. .... Maka mereka ber-sujud, kecuali iblis, ia enggan ... (Taha: 116).
19. Berkata iblis: "Aku sekali-kali tidak akan ber-sujud kepada manusia yang Engkau telah ciptakan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk." (Al¬ Hijr: 33).
20. ..... Kecuali iblis, ia berkata: 'Apakah aku akan ber¬-sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?". (Al-Isra: 61).
21. Allah berfirman: 'Apakah yang menghalangimu untuk ber¬- sujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" .... (AI-A'raf: i2).
22. Allah berfirman: "Wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-cipta-kan dengan kedua tangan-Ku?".... (Shad: 75).
23. Janganlah kalian sujud kepada matahari maupun bulan ( Fushilat: 3 7 )
24. .... Mereka berkata: "Dan siapakah Yang Maka Penyayang itu? Apakah kami harus ber- sujud kepada yang kamu perintahkan kepada kami?" .... (Al-Furqan: 60).
25. Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi .... (AI-Ra'd: 15).
26. Dan hanya kepada Allah-lah sujud segala apa yang ada di langit dan bumi .... (Al-Nahl: 49).
27. Apakah kamu tlada mengetahui, bahwa kepada Allah ber¬-sujud segala apa yang ada di langit, bumi .... (Al-Haj: 18).
28. Agar mereka tidak ber- sujud (menyembah) Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi .... (Al-Naml: 25).
29. .... Mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga ber- sujud (sembahyang). (Ali Imran: 113).
30. Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka ber¬tashbih memuji-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka ber¬- sujud. (Al-A'raf: 206).
31. Aku mendapati dia dan kaumnya ber- sujud kepada matahari, selain Allah .... (Al-Naml: 24).
32. Dan jika dibacakan Al-Quran kepada mereka, mereka tidak ber- sujud. (Al-Insyihaq: 21).
33. Dan pada bagian dari malam, maka sujud-lah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (AI-Insan: 26).
34. Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujud-lah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (AI-Alaq: 19).

Saya bukanlah penghafal Alquran, yang bisa dengan mudah tahu dimana letak kata-kata “langit ke tujuh” dan “sujud” dalam 30 Juz Al Quran. Tapi saya diberikan sedikit kemampuan untuk dengan mudah menggunakan teknologi informasi pada katalog Tafsir Al Quran.

Menggunakan apa yang kita miliki sedikit untuk mempelajari ilmu agama lebih baik dari pada menjadi orang pandai tetapi tidak berguna bagi agama dan orang-orang disekelilingnya.

See u in the next amazing math in Quran.... 

Matematika dan Alquran (Chapter 3)

Bulan agustus hampir lewat, biasanya bulan agustus sangat meriah dengan pesta-pesta rakyat memperingati kemerdekaan Indonesia, tapi karena bulan agustus tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadhan, jadi banyak perayaan diadakan di bulan Juli. Gak banget kayaknya, dipaksanya buat acara bulan juli, padahal bulan juli 1945, Indonesia masih belum memproklamirkan negaranya. Indonesia yang pada beberapa share facebook yang sampai ke saya, menyatakan bahwa Indonesia adalah negara terkaya di dunia, bagi saya omong kosong. Untuk apa kaya tapi tak mampu menghidupi masyarakatnya. Saya sangat tidak setuju dengan notes itu, hanya mengajarkan kita bermimpi dan terus bermimpi.

Sebagai info, isi ceramah di salah satu mesjid menyatakan ternyata negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Palestina, negara yang sampai sekarang belum merdeka.

Hitung-Hitung kemerdekaan Indonesia, juga ada yang unik, Indonesia terdiri dari huruf-huruf I, N, D, O, N, E, S, I, A. biar lebih jelas, saya uraikan aja:

I huruf ke 9
N hufur ke 14
D huruf ke 4
O huruf ke 15
N huruf ke 14
E huruf ke 5
S huruf ke 19
I huruf ke 9 dan
A huruf ke 1

Jika urutan huruf itu semuanya ditambah, 9+14+4+15+14+5+19+9+1 = 90

Indonesia secara de-yure, baru merdeka tanggal 18 agustus 1945 dimana pengakuan internasional sudah dikumandangkan, yang jika di nominalkan: 18-08-1945, dan jika dijumlahkan; 18+8+19+45 = 90

(i) 9+14+4+15+14+5+19+9+1 = 90
(ii) 18+8+19+45 = 90

Menarik bukan? Appalause untuk Indonesia...!!!!!

Kalo jam kemerdekaan proklamasi juga dihitung, yaitu jam 10.10 pagi, dan masing-masing ditambah, maka akan sama-sama menghasilkan 100 dan 100.. Top 100 untuk Indonesia... tapi ini udah rada maksa..

Sekarang kita akan menghitung umur alam semesta
Ha? Yakin lo?
Perpaduan Ilmu Pengetahuan, Teknologi Informasi dan Al Quran membuat saya sangat yakin

Secara ringkas, umur elemen kimia dapat diperkirakan berdasarkan uji radio aktif terhadap atom tersebut. Dan umum¬nya dapat ditentukan dengan menggunakan uji contoh batu¬batuannya, yaitu dengan mengukur perubahan elemen berat seperti Rubidium Rb-87. Bila uji Rubidium ini diterapkan atas batuan yang tertua di bumi akan didapatkan bahwa batuan tertua ber¬umur 3,8 miliar tahun. Jika diterapkan atas batuan tertua dari meteor akan didapatkan angka 4,56 miliar tahun. Kesimpulan ini membuktikan bahwa tata surya kita berumur sekitar 4,6 miliar tahun (sumber: buku favorit saya, Buku Pintar, karangan Iwan Gayo).
Sedikit berbeda, bila metode ini digunakan untuk mengukur gas di alam semesta maka akan menyebabkan tingkat variasi yang lebih lebar. Ilmuwan cukup puas mengetahui umur alam se¬mesta sejak Dentuman Besar (Big-Bang) dengan perhitungan elemen kimia yaitu antara 11-18 miliar tahun.(dalam buku Angel and Demons, dijelaskan teori ini ternyata dikemukakan oleh George Lemaitre, bukan oleh Edwin Hubble)

Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything mengatakan bahwa umur alam semesta, berdasarkan penyelidikannya terhadap bintang-bintang tertua, adalah antara 17 sampai 20 miliar tahun. Sedangkan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France menyatakan bahwa umur alam semesta kira-kira 18 miliar tahun.

Sebenarnya, dalam Alquran, sudah dengan tersirat dijelaskan oleh Allah pada hanya 2 ayat saja, tapi menjelaskan kemungkinan umur dari alam semesta.

Dalam al-Qur'an ada dua ayat yang mengindikasikan perhitungan alam semesta selain makna relativitas waktu, yaitu: QS as-Sajdah ayat 5 dan QS al-Ma'arij ayat 4 yang bunyinya:

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS as-Sajdah : 5)

Dan

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun" (al-Ma'arij: 4)

Kita dapat mencatat bahwa al-Qur'an tidak mengatakan "50.000 tahun" waktu bumi. Karena waktu ini adalah waktu relatif di suatu tempat di langit, di mana satu hari sama dengan 1000 tahun waktu bumi. Hari relatif tersebut merupakan umur alam semesta di mana sistem tata surya manusia (kita) berada.

Mari kita konversikan waktu relatif alam semesta:

50.000 x 365 hari = 18.250.000

Satu hari relatif di "satu tempat" di alam semesta, di tempat malaikat melaporkan urusannya, sama dengan 1000 tahun di bumi:

18.250.000 x 1000 = 18.250.000.000 tahun atau 18,25 miliar tahun.

Dengan demikian, umur alam semesta dari AlQuran yang diturunkan pada masa Nabi Muhammad yang sangat Mulia adalah 18,25 miliar tahun. Hasilnya hampir sama dengan perhitungan Profesor Jean Claude Batelere dari College de France tersebut di atas.

NASA memperkirakan umur alam semesta antara 12-18 miliar tahun berdasarkan pengukuran seberapa cepat alam semesta kita ini ekspansi setelah terjadinya "Dentuman Besar"

Dr. Marshall Joy dan Dr. John Carlstrom dari Universitas Chicago (tim NASA) telah mampu mengatasi masalah pengukuran kecepatan ekspansi alam semesta dengan teknik terbaru, yaitu menggunakan radio interferometer untuk menyelidiki dan mengukur fluktuasi Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR). Dengan demikian, umur alam semesta dapat diperkirakan. Sedangkan tim NASA lainnya memperkirakan umur alam semesta antara 8-12 miliar tahun berdasarkan pengukuran jarak galaksi "M100" dengan teleskop ruang angkasa Hubble. Galaksi tersebut diperkirakan berjarak 56 juta tahun cahaya dari bumi. Namun demikian, pengukuran umur alam semesta ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin alam semesta umurnya lebih muda, padahal salah satu bintang di Bima Sakti mungkin umurnya jauh lebih tua dari perkiraan tersebut? (sumber: salah satu dari film di laptop saya, “Into the Universe with Stephen Hawking”)

Pembaca telah mendapatkan pengetahuan bahwa kata-kata dalam al-Qur'an mempunyai makna yang bertingkat. Beberapa kata mempunyai arti langsung, tetapi yang lain tidak, atau belum tentu.

Misalnya saja, kata yang berarti bulan adalah syahr, dalam al-Qur'an disebutkan sebanyak 12 kali. Ini sesuai dengan 12 bulan dalam 1 tahun. Sedangkan kata yang berarti hari adalah yaum, yang disebutkan 365 kali dalam al-Quran. Ini juga sesuai bahwa 1 tahun rata-rata sama dengan 365 hari. Tetapi kata yang berarti tahun, yaitu sanah disebutkan dalam al-Qur'an sebanyak 19 kali! Bagaimana kita memahaminya?

Kata Bulan disebutkan 12 kali
Kata hari disebutkan 365 kali
Dalam Alquran

# makin terkesima...

Dalam ilmu astronomi. Ang¬ka 19 atau 19 tahun adalah satu periode di mana posisi relatif bumi dan bulan kembali ke posisi semula secara berulang sete¬lah 19 tahun kemudian. Siklus ini ditemukan oleh Meton orang Yunani dan disebut Metonic cycle (sumber: Wikipedia)

contohnya gini, misalnya sekarang tanggal 30 Agustus tahun 2010, dan bulan purnama terlihat pada posisi dekat bintang Virgo, kapan kita dapat melihat bulan purnama pada posisi yang sama?"

"Jawabnya bukan bulan depan atau tahun depan, tetapi tanggal 30 Agustus tahun 2029, 19 tahun kemudian."

Mengapa 19 tahun? Karena fase Tahun Matahari dan Tahun Bulan akan bertemu tepat pada siklus yang ke-19, di mana 235 bulan Kalender Bulan tepat sama dengan siklus 19 tahun berdasarkan Kalender Matahari.

(29,53 hari x 235 kira-kira sama dengan 365,24 hari x 19).

Bumi keliling Matahari selama 365,24 hari
Bulan keliling Bumi selama 29,53 hari

Meton dari Athena pada tahun 440 SM mengetahui bahwa 235 bulan berdasarkan Kalender Bulan sama dengan 19 tahun Kalender Matahari. Oleh karena itu, siklus ini dikenal dengan siklus Meton, dan merupakan basis perhitungan kalender di Yunani sampai Kalender Julius Caesar diperkenalkan pada tahun 46 SM. Bagi kaum Muslim, menggunakan Kalender Bulan karena sesuai dengan kebutuhan untuk perhitungan bulan Ramadhan, bulan Haji, dan peristiwa-peristiwa Islam lainnya. Namun sebelumnya, Kalender Bulan ini dipergunakan juga oleh kaum Yahudi, bangsa Babilonia, dan Cina.

Dengan demikian, jumlah penyebutan kata-kata tertentu dalam al-Qur'an mempunyai makna yang sangat dalam, dan baru dapat diketahui oleh kita jika kita mempunyai penge¬tahuan dan sains yang cukup luas.

Saya rasa cukup mempelajari matematika islam untuk malam ini, matematika tidak perlu dipelajari terlalu lama, bisa membosankan dan membingungkan. Yang penting baca, baca dan baca agar menambah wawasan. Muslim yang ingin maju adalah muslim yang rajin membaca tentang Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat. Bukan Muslim yang hanya ngaji quran tanpa arti, hanya meratep-ratep tanpa makna dan hanya duduk di warung kopi, ups.......!!!!

Matematika dan Alquran (Chapter 4)

Matematika adalah bahasa universal Ilmu Pengetahuan, Ilmuan Jepang bisa berkomunikasi dengan Ilmuan Jerman dengan Matematika, tidak perlu pakai bahasa inggris. Matematika juga adalah “bahasa tuhan” dalam menciptakan Alam Semesta. Allah mengenkripsikan Matematika dalam Alquran, untuk memelihara komitmen isi dan bacaan serta kandung yang ada didalamnya. Dan mem[elajari matematikan dalam alquran,sangat menarik, terutama saat mengupas angka demi angka yang terdapat pada kitab umat muslim ini

Contohnya, kata Shalawat, dalam Alqur’an ditemukan sebanyak 5 kali, sesuai dengan sunah rasul untuk membaca shalawat di tiap akhir kita shalat. Ayat tersebut ada di QS Al Baqarah: 157 dan 298, QS at Taubah :99, QS Al Haj:40 dan QS al Mukminun: 9. Maka dari sini dapat kita ambil pelajaran, bershalawatlah kita untuk Baginda Muhammad SAW setelah habis shalat.

Contoh kedua, Kata shalat berikut turunan katanya, disertai dengan kata qiyam berikut turunan katanya, dalam Al-Quran disebut 51 kali. Jumlah ini sebanding dengan jumlah rakaat shalat, yaitu 17 rakaat shalat wajib yang lima, ditambah dengan 34 rakaat shalat sunat yang sangat dianjurkan sehari-hari yaitu: jika shalat sunat fajar (shubuh) dipandang dua rakaat, delapan sunat rakaat shalat zhuhur, delapan rakaat shalat ashar, empat rakaat shalat maghrib, dan sunat isya dipandang satu rakaat dari dua rakaat dengan satu duduk, ditambah dengan 11 rakaat sunat malam, sehingga jumlahnya lengkap 34 rakaat. Dengan demikian, maka jumlah keseluruhan shalat tersebut dengan ditambah 17 rakaat shalat wajib menjadi 51 rakaat.

Kata kerja perintah (fi'l al-amr) "aqim" atau "aqimu" (dirikanlah) yang diikuti dengan kata "shalat" disebut sebanyak 17 kali, sama dengan jumlah rakaat shalat fardhu (17 rakaat). Yang mendukung hal demikian, adalah juga disebutkannya kata "fardh" dengan berbagai turunan katanya yang disebut sebanyak 17 kali rakaat shalat wajib dalam sehari semalam, yang juga sama dengan jumlah rakaat shalat fardhu
Kata "faradha" berikut turunan katanya dengan pengertian faridah (kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan) di dalam Al¬Quran disebut sebanyak 17 kali, sama dengan jumlah rakaat shalat.

Menurut keyakinan kaum Muslimin, bahwa ulul azmi dari kalangan Rasul berjumlah lima orang, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad saw. Dalam Al-Quran, ternyata kata 'azm disebut sebanyak lima kali, sama dengan jumlah Rasul-Rasul-Nya yang termasuk ulul 'azmi

Kata thawaf yang terpuji di dunia dan kata turunannya dalam Al-Quran, disebut sebanyak tujuh kali, sama dengan jumlah thawaf mengelihngi Ka'bah dan ketika sa'i antara Shafa dan Marwa,

Kata kiblat dalam Al-Quran disebut sebanyak tujuh kali sama dengan jumlah thawaf di sekitar kiblat (Ka'bah)
Dalam Al-Quran, kata al-barr dengan arti "darat" disebut 12 kali, sedangkan kata al-bahr (laut) - baik mufrad, mutsanna, dan jamaknya - disebut 40 kali. Perbandingan tersebut sama dengan perbandingan antara daratan dan lautan di planet bumi ini

Menarik karena Alquran terlihat tidak seperti buku yang diciptakan ngasal, semua isinya berkaitan sangat erat dengan maknanya. Sangat tidak mungkin benar anggapan orang orientalis yang mengatakan bahwa Al Quran itu ciptaan nabi Muhammad. Al Quran adalah murni dari Allah yang diturunkan kepada Manusia melalui Malaikar Jibril yang kemudian dipelihara kemurniannya oleh Nabi Muhammad dan pengikutnya.
Cara Al Quran diturunkan

Ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran tidak diturunkan menurut urutan yang kita baca dalam Al-Quran sekarang ini, yakni pertama surat al-Fatihah, kemudian al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa' dan seterusnya. Karena, di samping ada bukti-bukti sejarah tentang hal itu, kandungan ayat-ayat Al-Quran sendiri memberi kesaksian tentang hal tersebut. Sebab sebagian surat dan ayat yang berkenaan dengan masalah-masalah yang terjadi pada awal masa kenabian, ternyata terletak di bagian akhir Al-Quran, seperti surat al-'Alaq dan al-Qalam. Dan sebagian lain, yang berkenaan dengan masalah­masalah pada masa sesudah Hijrah dan akhir masa Nabi s.a.w., ternyata terletak di awal Al-Quran, seperti surat-surat al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa', al-Anfal dan at-Taubah.

Sesungguhnya perbedaan antara kandungan surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran, dan kaitannya yang erat dengan peristiwa­peristiwa yang terjadi selama dakwah Nabi, mengharuskan kita untuk mengatakan bahwa Al-Quran diturunkan dalam waktu dua puluh tiga tahun, yakni masa dakwah Nabi. Sebagai contoh, ayat­ayat yang mengajak kaum musyrikin untuk menerima Islam dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala turun pada masa sebelum Nabi hijrah dari Makkah, yang pada masa ini Nabi meng­hadapi banyak cobaan dan tantangan dari para penyembah ber­hala. Sedangkan ayat-ayat tentang perang dan hukum diturunkan di Madinah, yang pada masa ini Islam mulai tersebar dan kota ini menjadi pusat pemerintahan Islam yang besar.

Pembahasan tadi menunjukkan bahwa ayat-ayat dan surat­surat Al-Quran terbagi menjadi beberapa bagian menurut tempat turun, waktu, sebab dan kondisinya. Yaitu: Surat Madinah dan Surat Makkah.

surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran tidak dihimpun dan dicatat menurut kronologi (urutan) turunnya kepada Rasulullah s.a.w. Ulama-ulama dahulu, khususnya ulama Ahlus Sunnah, dalam mengurutkan surat-surat dan ayat-ayat Al­Quran berlandaskan pada atsar (perkataan atau perbuatan sahabat atau tabi'in). Di antara atsar - atsar yang dikemukakan berkenaan dengan masalah ini adalah sebuah atsar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Dia berkata: "Apabila pembukaan suatu surat di­turunkan di Makkah, maka pembukaan itu ditulis di kota ini.

Kodifikasi AI-Quran

Pembicaraan tentang kodifikasi (penyusunan) Al-Quran harus dilakukan dalam dua tahap:

1. Al-Quran sebelum wafat Rasulullah

Al-Quran diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat. Karena kefasihan dan keindahan bahasanya luar biasa, ia tersebar dengan cepat dan menakjubkan. Orang-orang Arab, yang sangat menggandrungi kefasihan dan keindahan bahasa, tertarik kepada­nya, sehingga dari tempat-tempat yang jauh mereka datang untuk mendengarkan beberapa ayat dari bibir Nabi Muhammad s.a.w. Para pembesar Makkah dan kalangan berpengaruh suku Quraisy adalah penyembah-penyembah berhala dan musuh-musuh Islam. Mereka berupaya keras menjauhkan orang ramai dari Nabi, dan tidak memberi kesempatan untuk mendengarkan Al-Quran, dengan alasan bahwa Al-Quran itu adalah sihir yang dilontarkan kepada mereka. Meskipun demikian, secara sembunyi-sembunyi dalam malam-malam yang gelap, mereka datang mendekati rumah Nabi untuk mendengarkan ayat-ayat Al-Quran yang sedang beliau baca.

Kaum Muslimin juga bersungguh-sungguh dalam menghapal dan mempelajari Al-Quran, karena Nabi s.a.w. diperintahkan untuk mengajarkan Al-Quran kepada mereka (QS 16:44), dan karena mereka berkeyakinan bahwa Al-Quran adalah firman Allah dan merupakan sandaran pertama bagi keimanan-keimanan keagamaan, dan sebab dalam salat mereka diwajibkan untuk mem­baca surat al-Fatihah dan surat yang lain.

Setelah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, dan urusan kaum Muslimin menjadi teratur, beliau memerintahkan kepada sekelompok sahabatnya untuk memperhatikan keadaan AI-Quran, mengajarkan, mempelajari dan menyebarkannya. Wahyu itu dicatat hari demi hari sehingga tidak musnah, dan mereka dibebaskan dari wajib militer, seperti ditegaskan dalam Al-Quran (QS 9: 122).

Mengingat kenyataan bahwa sebagian besar sahabat buta huruf, tidak mengetahui tulis-baca, maka Rasulullah memanfaatkan para tawanan Yahudi. Beliau memerintahkan kepada setiap tawanan itu untuk mengajar beberapa orang sahabat. Dengan cara inilah maka sekelompok sahabat menjadi mengetahui tulis-baca.
Dalam kelompok itu terdapat beberapa sahabat yang tekun membaca Al-Quran, menghapal dan memelihara surat-surat dan ayat-ayatnya. Mereka inilah yang kemudian dikenal dengan sebut­an al-qurra’. Ketika pecah perang Bir Ma'unahempat puluh atau tujuh puluh al-qurra’ gugur. Ayat-ayat yang diturunkan secara bertahap, ditulis pada papan-papan, kulit domba atau pelepah kurma, dan dihapal.

Tidak dapat diragukan dan diingkari bahwa sebagian besar surat Al-Quran tersebar luas melalui para sahabat sebelum Rasulul­lah wafat. Nama-nama dari kebanyakan surat itu telah disebutkan dalam banyak hadis yang diriwayatkan oleh golongan Syi'ah maupun Ahlus Sunnah. Hadis-hadis itu menjelaskan bagaimana Nabi menyampaikan dakwah Islam, bagaimana beliau melakukan salat dan membaca Al-Quran. Demikian pula, dalam beberapa hadis kita menemukan nama-nama tertentu surat-surat Al-Quran sebelum Rasulullah wafat, seperti at-Thawal, al-Ma'in, al-Matsani dan al-Mafshalat.

2. Sesudah Rasulullah wafat

Sesudah Rasulullah wafat, Ali - yang oleh Nabi dikukuhkan sebagai orang yang paling tahu tentang Al-Quran - diam di rumah­nya untuk menghimpun Al-Quran dalam satu mushaf menurut urutan turunnya. Dan belum enam bulan sejak wafatnya Rasulullah, dia telah merampungkan penghimpunan itu dan mengusungnya ke atas punggung unta.
Satu tahun sesudah Rasulullah wafat, pecah perang Ya­mamah yang merenggut korban tujuh puluh orang qurra’. Pada waktu itu khalifah berpikir untuk menghimpun surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran dalam satu mushaf, karena khawatir akan ter­jadi perang lagi serta khawatir akan punahnya para qurra’ dan hilangnya Al-Quran karena kematian mereka. Khalifah memerin­tahkan kepada sekelompok qurra` sahabat di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran. Mereka menghimpun dari papan-papan, pelepah-pelepah kurma, dan kulit-kulit domba yang terdapat di rumah Nabi yang ditulis oleh para penulis wahyu, dan tulisan-tulisan yang ada pada sahabat-sahabat yang lain. Setelah menyelesaikan penghimpunan itu, mereka menyalin be­berapa naskah dan dibagikan ke beberapa negeri Islam.

Sesudah khalifah ketiga mengetahui bahwa Al-Quran terancam perubahan dan penggantian akibat sikap mempermudah dalam menyalin dan memeliharanya, dia memcrintahkan untuk meng­ambil mus-haf yang disimpan oleh Hafsah, yakni naskah pertama di antara naskah-naskah khalifah pertama, dan memerintahkan kepada lima orang sahabat, yang di antaranya Zaid bin Tsabit, untuk menyalin mus-haf tersebut. Khalifah ketiga juga memerintahkan agar semua naskah yang terdapat di negeri-negeri Islam dikumpulkan dan dikirimkan ke Madinah, kemudian dibakar.

Mereka menulis lima naskah Al-Quran. Satu naskah ditinggal di Madinah dan empat yang lainnya dibagi-bagikan ke Makkah, Suriah, Kufah dan Basrah. Masing-masing satu buah. Ada yang mengatakan bahwa selain lima naskah ini, ada satu naskah yang dikirimkan ke Yaman, dan satu lagi ke Bahrain. Naskah inilah yang dikenal dengan scbutan Mus-haf Imam dan semua naskah Al­Quran ditulis menurut salah satu dari kelima naskah ini. Semua naskah ini dan mus-haf yang ditulis melalui perintah khalifah pertama tidak berbeda, kecuali dalam satu hal, yaitu bahwa surat al-Bara'ah dalam mus-haf khalifah pertama diletakkan di antara surat-surat mi'un, dan surat al-Anfal diletakkan di antara surat­surat matsani. Sedangkan dalam Mus-haf Imam, surat al-Anfal dan al-Bara'ah diletakkan di antara
surat al-A'raf dan Yunus.

Matematika dan Al Quran (Chapter 5)

Misteri 19
Dalam chapter 1, telah alis bahas angka 19 adalah jumlah huruh Hijaiyah yang terdapat dalam Kalimat Basmallah. Dalam chapter 3, alis bahas juga angka 19 juga adalah jumlah kata Sanah yang berarti tahun dalam Al Quran. Angka 19 atau 19 tahun juga adalah satu periode di mana posisi relatif bumi dan bulan kembali ke posisi semula secara berulang sete¬lah 19 tahun kemudian. (lebih lengkapnya, lihat Chapter 3)
19 memiliki segudang Misteri dalam Al Quran yang maknanya bisa kita cerna secara religi dan secara ilmu matematika. Meskipun Pythagoras, Euler dan Gauss telah lama memikirkannya, tetapi struktur komplek ini tetap juga belum diketahui jawabannya.
Dr. Peter Plichta ahli kimia dan matematika dari Jerman berpendapat bahwa, tampaknya, semua formula matematika dan angka-angka berhubungan dengan dua kutub matematika alam semesta ini. Angka 81 spesifik karena melengkapi angka 19, (19 + 81= 100). Jumlah angka-angka tersebut adalah 19:

1 + 9 + 8 + 1 = 19.

Bila kita analisis sedikit lebih lanjut, terdapat hubungan angka-angka tersebut dengan cara:

1 : 19 = 0.052631578947368421052631578947368947368421

Angka yang berulang secara periodik, berulang dengan sendirinya tepat pada digit ke-19 sesudah koma, dan, yang me¬narik jumlah dari angka-angka tersebut

( 0 + 0 + 5 + 2 + 6 + 3 + 1 + 5 + 7 + 8 + 9 + 4 + 7 + 3 + 6 + 8 + 4 + 2 + 1 ) adalah = 81 !

Sekarang:

1 : 81 = 0.0123456790123456790123456790123456789

Ups! Angka 8 terlewat, padahal angka yang lain secara periodik muncul.

Hilangnya angka 8 adalah ilusi, dan nilai resiprokal angka 81 adalah "alamiah", menghasilkan satu seri sistem desimal bilangan 0,1, 2 .... dan seterusnya; dan sistem itu bukan buatan manusia. Tetapi mengapa angka 8, bukan angka lainnya, yang "hilang"? Diduga, karena angka 8 berhubungan dengan angka 19. Yaitu:

Bilangan prima ke-8 adalah 19.

Dalam budaya Cina kuno, angka 8 melambangkan yat kwa, delapan penjuru angin, jalan menuju ke harmoni - keseimbangan kehidupan dengan alam sekelilingnya (sumber: Wikipedia). Dalam al-Qur'an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, force, yang menjunjung 'Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan 'Arsy, yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat. Hal ini terdapat dalam QS al-Haqqah ayat 17 yang bunyinya: “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.”

Makanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) senang banget dapat Nomor Urut 8 pada Pemilu lalu..hihi

al-Qur'an menjelaskan bahwa untuk menambah keimanan para pembaca kitab (Yahudi, Kristen, Islam, dan lain¬nya), maka ia memberikan kita "enkripsi" atau "kode" bilangan 19. Dalam bahasa al-Qur'an disebut "suatu perumpamaan yang sangat aneh", atau matsal. Berguna untuk menambah keimanan dan keyakinan bagi para pembaca yang serius, berpikir terbuka, dan beriman, tetapi menambah kebingungan bagi orang-orang yang berprasangka, tertutup dan "menentang" kitab
Keterangan tersebut dimulai ketika kita membaca Surat al-¬Muddatstsir:

"Neraka (saqar) adalah pembakar kulit rnanusia. Di atasnya ada sembilan belas (19) penjaga Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang¬orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin, dan supaya orang-orang yang beriman bertambah iman nya, dan supaya orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatankan): 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?' " (al-Muddatstsir 74: 29-31)

Diriwayatkan Kisah ini awalnya dimulai ketika-menurut at-Turmudzi, yang meriwayatkan dari sahabat Nabi, Jabir ibn 'Abdillah' - sebagian orang Yahudi bertanya kepada sekelompok sahabat Nabi saw, "Apakah Nabi anda mengetahui jumlah penjaga neraka?" Maka turunlah ayat ini kepada Nabi, karena ditanya¬kan oleh para sahabat. Riwayat lain menyimpulkan, ketika turun ayat 30 surat ini, Abu Jahal berkata, "Kalian adalah orang¬orang kuat dan pemberani, apakah kalian tidak mampu mengalahkan ke-19 penjaga neraka itu? Salah seorang di antara mereka yang bernama Abu al-Ayad ibn Kaidah al-Jumahiy, berkata dengan angkuhnya, "Dengan tangan kananku kukalahkan sepuluh dan dengan tangan kiriku sembilan". (Sumber: Sirah Nabawiyah)
Struktur matematis al-Qur’an sangat bervariasi, tetapi dalam chapter ini yang penting diperlihatkan adalah struktur bilangan 19.
Struktur pertama berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam al-Qur'an. Jumlah surat di dalam al¬-Qur'an adalah 114. Angka 114 adalah angka ajaib, karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6 x 19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617. Kita ketahui pula, isi al-Qur’an terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan komposit (bilangan tidak prima) yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 27, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30.
Struktur kedua adalah ditemukan kode-kode tertentu sebagai pengawasan paritas. Sehingga isi yang diterima diyakini asli oleh "pembaca", dan tidak berubah. Prof. Abdullah Jalghoom dari Yordania menemukan suatu ketentuan paritas dengan kondisi di atas; jumlah ke-60 surat dengan ayat-ayat genap adalah 3.450 atau (345 x 10) dan jumlah nomor surat ke-54 dengan ayat-ayat ganjil adalah 3.150 atau (345 x 9). Total jumlah nomor surat adalah 6.555 atau (345 x 19). Dari sisi matematis, bilangan tersebut adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+7+....+114 = 6.555.

Surat bernomor genap : 60 surat dengan total jumlah ayat: 3450
Surat bernomor ganjil : 54 surat dengan total jumlah ayat: 3155
Jumlah ayatnya 6555

Dimana 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+7+....+114 = 6.555.

Hoho menariknya.. Dengan demikian, nomor surat dan jumlah ayat-ayatnya tidak dapat dipertukarkan - jika tertukar - struktur di atas tidak berlaku. Misalnya, Surat al-Fatihah ditukar tempatnya dengan Surat al-Baqarah maka jumlah ayat-ayat yang genap menjadi 3.449 dan jumlah ayat-ayat yang ganjil menjadi 3.151.

Struktur ketiga Berpasangan sempurna dan simetris. Pemilihan angka 114 sangat luar biasa. Kita akan mendapatkan jumlah surat pembagi yang sama banyaknya, yaitu masing-masing 38 surat. Ada 38 surat yang nomor suratnya habis dibagi dengan 2, Ada 38 surat yang nomor suratnya habis dibagi dengan 3, dan ada 38 surat yang tidak habis dibagi 2 dan 3.. Seperti ini detailnya:

38 surat habis dibagi dengan 2, bernomor: 2, 4, 8, 10, 14, 16, 20, 22, 26, 28, 32, 39, 38, 40, 44, 46, 50, 52, 56, 58, 62, 64, 68, 70, 74, 76, 80, 82, 86, 88, 92, 94, 98, 100, 104, 106, 110, 112.

Jika ditambah = 2166 atau 19 x 114

38 surat habis dibagi dengan 3, bernomor: 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 60, 63, 66, 69, 72, 75, 78, 81, 84, 87, 90, 93, 96, 99, 102, 105, 108, 111, 114

Jika ditambah = 2223 atau 19 x 117

38 surat yang tidak habis dibagi 2 dan 3, bernomor: 1, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 25, 29, 31, 35, 37, 41, 43, 47, 49, 53, 55, 59, 61, 65, 67, 71, 73, 77, 79, 83, 85, 89, 91, 97, 95, 101, 103, 107, 109, 113.

Jika ditambah = 2166 atau 19 x 114


Dan yang menarik, ada 19 Surat yang jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah bilangan Prima. Dan total ayat dari 19 surat itu adalah 969, atau 19 x 51

Hmmmffff....
Malam makin larut, saya harus siap2 untuk keliling wisata kuliner di Batam besok...Muslim yang cerdas adalah muslim yang berdoa sekaligus belajar...Bukan hanya menadahkan tangan berdoa sampe nangis2, tapi gak ada usaha. Yang lucunya, ada pula yang berdoa di Facebook..hihi kasian.... se yu in de neks meth

Matematika dan Alquran (Chapter 6)

Alhamdulillah sudah mencapai malam ke 27 Ramadhan, tapi sayangnya tadarus saya masih di Juz 20. Maaf, bukan maksud takabur (bahkan saya menerima jika yang baca ini mikir: sok banget sih lu lis). Tapi inti dari Chapter ini bukan masalah 20 Juz, tapi terletak di Surat yang baru saja saya baca, menarik Suratnya setelah saya baca Arti dari nama surat itu. Al Ankabut ( Laba-Laba). Dan ternyata, meski Surat ini bernama laba-laba, tapi hanya satu ayat yang menyebut kata laba-laba di Surat ini, yaitu di surat ke 41. Menarik.. kenapa 41?

QS al-'Ankabut (Laba-laba), atau surat penengah, karena terletak di tengah-tengah urutan surat fawatih (surat yang dimulai dengan kombinasi huruf2 hijaiyah, misal QS al Baqarah dengan Alif Lam Mim), hanya punya satu ayat yang menerangkan Laba-laba, yaitu:

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.(QS. Al ‘Ankabut :41)

Ya bisa diliat lah akhir-akhir ini, orang banyak yang mengambil pelindung dari berbagai macam jenis produk dunia, seperti Facebook, masih gak habis pikir banyak yang berdoa di facebook… 

Lalu mengapa al-Qur'an menunjuk rumah laba-laba sebagai perumpamaannya?

Dalam matematika, bilangan 29 adalah bilangan prima kembar dengan pasangan 31. Bagian paling menarik dari surat ini adalah hubungan antara "rumah laba-laba" yang berbentuk hexagonal atau bersudut 6 dengan bilangan prima kembar, serta hipotesis susunan (banyak) alam semesta.

Bentuk heksagonal, dengan segi 6 bersudut 60° adalah bentuk geometri yang paling efisien dalam memanfaatkan se¬mua area yang ada, karena dengan volume yang sama tetapi didapat dengan jumlah keliling yang paling sedikit, dibanding¬kan bentuk segi lainnya. Hal yang sama terjadi pada Rumah Madu nya Lebah. Tidak heran pola heksagonal ini-menurut NASA - dapat ditemukan di mana-mana, di alam semesta, baik teratur (tertutup) maupun tidak teratur (terbuka), karena efisien. Misalnya, sarang laba-laba, sarang (sel) lebah, molekul atom, sel surya, kabel serat optik, buah jeruk, dan kristal es yang membeku. (sumber: buku Harun Yahya, tentang Misteri Hexagonal)

Hipotesis dari para ahli kosmos di Inggris, misalnya, Sir Martin Rees: bentuk (banyak) alam semesta seperti tersusun dari dengan ukuran yang sama sebuah gelembung kecil yang dikelilingi 6 gelem¬bung-gelembung lainnya-menjadikan bentuk yang paling kompak dengan pola heksagonal. Lalu mengapa angka 6?

Ilmuwan matematika berpendapat bahwa umumnya (rata-rata ya) kelipatan angka 6 selalu diikuti oleh bilangan prima baik sebelumnya atau sesudahnya. Bahkan beberapa di antaranya membentuk bilangan prima kembar yang istimewa;

bilangan 29 dan 31, di tengahnya terdapat angka 30, (6 x 5).
Bilangan 17 dan 19, di tengahnya angka 18, (6 x 3),
dan bilangan 5 dan 7, di tengahnya angka 6.
Bilangan lainnya adalah 41 dan 43, di tengahnya angka 42 (6 x 7).
Susunan seperti ini, yang diyakini oleh sebagian besar ahli astrofisika sebagai susunan multi universes; yaitu 1 + 6. (satu di tengah, dikelililingi 6 lainnya).

masuk ke al-Quran, faktanya, Surat al-'Ankabut bernomor 29, pada ayat 41 (laba-laba): kedua-duanya adalah bilangan prima kembar, de¬ngan angka yang diapit bilangan 30 dan 42, merupakan pola heksagonal pula atau sistematika angka 6.

Nah, pada chaper 5 sebelumnya, pernah dibahas jumlah surat pada Al Quran adalah 114, dimana 114 adalah 19 x 6. Kita sudah bahas habis misteri 19 chapter kemarin. Berarti sekarang kita dapat jawaban, kenapa harus 114 Surat, karena ternyata 6 juga punya misteri yang sangt banyak.

114 = 19 x 6

6 berada di antara bilangan prima 5 dan 7
5 adalah jumlah shalat Fardhu
7 adalah lapisan langit dan Bumi (lapisan dimensi alam)

19 sudah kita bahas sebelumnya.

Pada chapter 4 diterangkan, Al-Qur'an yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad (taufiqi), tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik. Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertu¬karnya ayat, apalagi tertukarnya surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi. Ini membuktikan bahwa al-Qur'an telah terkodetifikasi secara sempurna sejak 'azali.

Dalam chapter 1, sudah pula diterangkan, pada QS Maryam ayat 93-94;

“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”.

"Segala sesuatu dihitung dengan teliti satu persatu" termasuk penyebutan angka. Hanya 30 bilangan saja yang disebut al¬Qur'an, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,10,11,12,19, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 99, 100, 200, 300, 1.000, 2.000, 3.000, 5.000, 50.000, dan 100.000.

Jumlah angka tersebut 162.146 atau (19 x 8.534)!

Paling menarik, penyebutan angka 30 dalam al-Qur'an hanya dua kali, yaitu diposisikan pada:
Surat al-A'raf (tempat tinggi);

“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikiln, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”

Dan Surat Al Ahqaaf: 15;

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri."

QS 7:142 dan QS 46:15 yang jika dijumlah dengan cara penjumlahan Kata Indonesia, hhe

maka jumlahnya adalah 7 + 1 + 4 + 2 + 4 + 6 + I + 5 = 30.

Luar biasa, bukan?

"Dua menghitung segala sesuatu satu persatu". ( al-Jinn 72 : 28).

Dengan demikian, jelaslah makna menghitung segala sesuatu, bukan saja amal manusia tetapi juga termasuk penulisan ayat-ayat al-Qur' an. Lalu kita kembali lagi pada pertanyaan mengapa bilangan prima? Khususnya bilangan prima kembar?

Bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat dikomunikasikan antara makhluk-makhluk yang berintelegen¬sia tinggi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, para pemikir matematika percaya bahwa ada hubungan dengan "desain alam semesta".

Dari sisi enkripsi, kodetifikasi atau proteksi suatu pesan, coba kita pikirkan:

Bila kita memakai angka biasa dari 1 sampai 100, maka ada enkripsi 100 bilangan. Coba kita pakai bilangan prima, maka hanya diperlukan enkripsi 25 angka saja. Dari bilangan prima tersebut, kita pakai bilangan khusus yang disebut prima kem¬bar, maka dari angka 1 sampai 100 terdapat bilangan prima kembar, sebagai berikut: 3 dan 5, 5 dan 7, 11 dan 13, 17 dan 19, 29 dan 31, 41 dan 43, 59 dan 61, terakhir 71 dan 73. Cukup 8 pasang angka saja untuk enkripsi bilangan dari 1 sampai 100.

Lalu mengapa angka 19 yang menonjol ?

Menurut mufasir modern, angka 19 berhubungan dengan kata Wahid dalam al-Qur'an atau ber hubungan dengan simbol ke-Esa-an Tuhan, di mana jumlah nilai gematrikal-nya tiap huruf (wahid) atau al-jumal adalah 19 juga. Mufasir modern seperti Dr. Tariq mengatakan, W = 6, A = 1, H' = 8, D = 4, total 19. Dari segi bahasa, kata wahida, berasal dari kata wahada yang berarti "tak terbilang" atau "awal dari bilangan". Arti umum adalah "tidak ada bandingannya" atau "tidak ada yang menyerupainya". Kata Wahid dalam al-Qur'an disebut 20 kali, tetapi yang berhubungan dengan "Ke-Esa-an Tuhan" hanya 19 kali. Sisanya 1 kali, menyatakan bilangan yang berarti satu. Dengan demikian, beberapa mufasir ahli matematika, seperti Dr. Tariq, berpendapat bahwa angka 19 ini bisa diartikan simbol atau cap keesaan Tuhan. (Dr.Tariq adalah ahli matematika, peneliti al-Qur' an di Amerika Serikat, anggota kelompok "submitter" . la mempromosikan al-Jumal untuk menafsirkan beberapa surat al-Qur'an) (sumber: Google)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar